Sabtu, 20 November 2010

Setsuzokushi si Kata Sambung

Rangkuman tentang Setsuzokushi ini saya kembali tuliskan untuk pengunjung blog bernama
Giann Ramasatya-san. Tapi saya bingung.. Apakah ini dapat dikatakan rangkuman kalau pada akhirnya saya seperti menyalin?

Saat proses penyalinan setsuzokushi ini saya serasa melihat rumus-rumus Matematika..^%$#@&!
Jadi mohon maaf kalau kelamaan yaa..
..
Entah dapat membantu atau tidak, silahkan diperiksa..
Selebihnya, semoga bisa membantu juga bagi yang membutuhkan..



A. Arti dan Fungsi Setsuzokushi
Dalam Bahasa Indonesia konjungsi sering disebut juga kata sambung. Si kata sambung ini dalam Bahasa Jepang disebut dengan setsuzokushi. Nagayama Isami secara singkat menjelaskan bahwa yang dimaksud setsuzokushi ialah kelas kata yang dipakai untuk menghubungkan atau merangkaikan kalimat dengan kalimat atau merangkaikan bagian-bagian kalimat [Isami, 1986: 157]. Fungsi setsuzokushi [konjungsi] yatu:
1. Setsuzokushi dipakai untuk merangkaikan, menjajarkan atau mengumpulkan beberapa kata. Setsuzokushi dipakai di antara kata-kata itu.

a. Borupen matawa manenhitsu de kakinasai!
b. Eigo narabini suugaku wo benkyou shinasai!
c. Yuka-san, Emiko-san oyobi Akemi-san ga daihyou toshite dekakemasu.

2. Setsuzokushi dipakai untuk menggabungkan dua klausa atau lebih dalam suatu kalimat, menghubungkan induk kalimat dengan anak kalimat. Setsuzokushi diapit oleh bagian-bagian kalimat yang digabungkan itu.
a. Kare wa seijika de, shikamo, bungakusha data.
b. Benkyou mo suru shi, mata, undou mo suru.
c. Tasuke wo motometa ga, shikashi dare mo konakatta.

3. Setsuzokushi dipakai untuk menggabungkan dua kalimat, menyatakan bahwa kalimat yang disebutkan mula-mula berhubungan dengan kalimat yang disebutkan berikutnya. Setsuzokushi diletakkan setelah titik pada kalimat pertama.
a. Kaze wa yanda. Daga, ame wa furitsuzuiteru.
b. Eiga wo mi ni ikou ka. Soretomo, ongaku wo kiki ni ikou ka?
c. Kare wa atama ga ii. Shikashi, undou ga dame desu.

Setsuzokushi tidak mengenal konjugasi atau deklinasi, termasuk kelas kata yang berdiri sendiri [jiritsugo] dan tidak mempunyai dukungan sintaksis dengan bentuk lain, tidak dapat diatur atau dihubung-hubungkan dengan kata lain dan tidak dapat membentuk kalimat tanpa sokongan kata lain. Setsuzokushi hanya berfungsi menghubungkan beberapa kata, menghubungkan dua klausa atau lebih atau menghubungkan bagian-bagian kalimat, menggabungkan kalimat dengan kalimat. Setsuzokushi tidak dapat menjadi subjek, objek, predikat atau pun adverbia.


B. Jenis-jenis Setsuzokushi

Ada beberapa pendapat mengenai setsuzokushi ini. Ada yang membaginya menjadi lima jenis dan ada juga yang membaginya menjadi tujuh jenis. Seperti Uehara Takeshi dalam buku Shinshu Kaimei Kokubunpo, Terada Takanao dalam buku Chugakusei No Kakubunpou dan Hirai Masao dalam buku Nandemo Wakaru Shinkokugo Handobukku membagi setsuzokushi menjadi 7 jenis yakni: heiritsu, sentaku, tenka, gyakusetsu, joken, tenkan dan setsumei.

Baik Nagayama Isami maupun Murakami Motojiro tampaknya mengelompokkan jenis setsuzokushi [konjungsi] jouken, tenkan dan setsumei [yang dikemukakan oleh Uehara Takeshi, Terada Takanao dan Hirai Masao] menjadi jenis junsetsu. Pada bagian ini akan dibahas semua jenis setsuzokushi yang telah dikemukakan di atas.

1. Setsuzokushi yang menyatakan hubungan yang setara [heiritsu no setsuzokushi].
Setsuzokushi yang dipakai untuk menyatakan hubungan setara di antaranya: oyobi [dan, serta, lagi], narabini [dan, lagipula, serta, begitu pula], mata [dan, lagi, juga, selanjutnya].
Setsuzokushi-setsuzokushiseperti ini berfungsi untuk merangkaikan, menjajarkan atau mengumpulkan beberapa kata atau kalimat yang setara sehingga menjadi satu kesatuan kalimat yang lebih besar.

a. Ji wo kaki, mata hon wo yomu.
b. Pochi wa utsukushiku, mata kashikoi inu desu.
c. Eigo narabini suugaku o benkyou shinasai!
d. Yuka-san, Emiko-san, oyobi Akemi-san ga daihyou toshite dekakemesu.


2. Setsuzokushi yang menyatakan pilihan [sentaku no setsuzokushi]
Jenis setsuzokushi ini berfungsi menyatakan pilihan di antara kata-kata yang disebutkan sebelumnya dengan kata-kata yang disebutkan kemudian. Setsuzokushi yang menyatakan pilihan ini antara lain: aruiwa [atau, atau pun, boleh jadi, mungkin, barangkali, kalau tidak], soretomo [atau, kalau tidak], matawa [atau], moshikuwa [atau, atau pun] dan sebagainya.

a. Okashi ga ii ka, soretomo, kudamono ga ii ka?
b. Denwa matawa denpou de oshirase shimasu.
c. Furansu-go aruiwa doitsu-go o benkyou shitai to omotteru.
d. Tegami moshikuwa denwa de gohenji itashimasu.


3. Setsuzokushi yang menyatakan hubungan tambahan [tenki no setsuzokushi]

Setsuzokushi yang dipakai untuk menyatakan hubungan tambahan ini di antaranya kata-kata omake ni [tambahan, sebagai tambahan, selain itu, lagipula], shikamo [lagipula, dan, juga, selanjutnya tambahan], soshite/soushite [lalu, dan lagi, selanjutnya], sonoue [di samping itu, selain itu, lagipula, tambahan pula], sorekara [lalu, sesudah itu, maka, selanjutnya], sore ni [lagipula, selain itu, tambahan], nao [lagi, lagipula, selanjutnya dan lagi, demikian juga], mata [lagi, dan juga, selanjutnya tambahan, yang lain]. Setsuzokushi kelompok ini berfungsi menyatakan bahwa tindakan pertama diikuti tindakan berikutnya, benda/keadaan yang pertama diikuti benda/keadaan yang pertama diikuti benda/keadaan berikutnya. Penjelasan yang disebutkan kemudian memperkuat penjelasan yang disebutkan sebelumnya.

a. Kare wa Eigo ga dekita, shikamo nihongo mo dekiru.
b. Yama ni mo itta shi, soshite umi ni mo itta.
c. Ame mo hidokatta ga, sonoue kaze mo hidokatta.


4. Setsuzokushi yang menyatakan hubungan yang berlawanan [gyakusetsu no setsuzokushi]
Setsuzokushi yang dipakai untuk menyatakan hubungan yang berlawanan ialah: ga [[tapi, tetapi, namun], kedo/keredo/kedomo/keredomo [tapi, tetapi, akan tetapi, meskipun, walaupun], shikashi [tetapi, walaupun demikian, namun] soredemo [walaupun begitu, walaupun demikian, tetapi], tadashi [tetapi, tapi], daga/desu ga [tetapi, akan tetapi, walaupun demikian], dakedo/dakeredo/desukedo/desukeredo/desukeredomo/dakeredomo [walaupun demikian, tapi, tetapi], datte [tetapi], demo [walaupun begitu, biarpun, tetapi, akan tetapi], tokoroga [tetapi, sebaliknya, padahal, melainkan], dan sebagainya. Setsuzokushi yang termasuk kelompok ini berfungsi untuk merangkaikan beberapa kata atau kalimat dan menyatakan bahwa pernyataan yang disebutkan pertama berlawanan dengan pernyataan yang disebutkan kemudian.

a. Atama no ii gakusei da. Shikashi, kesseki ga ooi.
b. Kinou depaato e ikimashita. Tokoroga, depaato ga yasumi deshita.
c. Haru ga kita. Daga, mada kaze wa tsumetai.


5. Setsuzokushi yang menyatakan hubungan sebab-akibat atau hubungan persyaratan [jouken no setsuzokushi]

Setsuzokushi-setsuzokushi yang menyatakan hubungan sebab-akibat ini antara lain: sorede [oleh sebab itu, maka], sokode [oleh karena itu, jadi], suruto [dengan demikian, lantas], dakara/desukara [oleh karena itu, maka, karena, sehingga, jadi], shitagatte [oleh karena itu, oleh sebab itu, jadi, karena], yue ni [oleh karena itu, oleh sebab itu], soreyue [oleh sebab itu, karena itu], to [karena, sebab, bila, kalau]. Setsuzokushi jenis ini berfungsi merangkaikan beberapa kata atau kalimat dan menyatakan kata-kata atau kalimat yang disebutkan mula-mula merupakan syarat atau sebab, sedangkan kata-kata atau kalimat yang disebutkan kemudian merupakan akibat.

a. Ano mise wa maigetsu juugonichi ga kyuujitsu da. Kyou wa juugonichi da. Suruto, ano mise e itte mo dame da ne.
b. Ashita wa tenki ga waruku narisou desu ne. Dakara, ashita wa yameyou, yama e iku no wa.
c. Chottomo undou shinai. Shitagatte, karada ga yowai no da.
d. Kare wa karada ga yowai. Sorede, yoku kesseki suru.

6. Setsuzokushi yang menyatakan suatu perubahan atau peralihan [tenkan no setsuzokushi]
Setsuzokushi yang termasuk jenis ini berfungsi merangkaikan beberapa kata atau kalimat dengan menyatakan bahwa pernyataan yang disebutkan kemudian merupakan perralihan/pergantian/perubahan daripada pernyataan yang disebutkan mula-mula. Setsuzokushi-setsuzokushi yang termasuk jenis ini di antaranya: sate [kalau begitu, baik, nah, ada pun, jadi, maka, lantas], dewa [kalau begitu, maka, lalu, kemudian, jadi, baiklah], tokini [walaupun demikian, ngomong-ngomong], tokorode [oya, ngomong-ngomong, tetapi], soredewa [kalau begitu, jika demikian, jadi], tonikaku [namun demikian, walau bagaimanapun, pokoknya, pada umumnya, bagaimanapun juga].
a. Tokoro de, konogoro eiga o mimasu ka?
b. Sate, hanashi kawatte, kawa e asobi ni itta Yukari-san wa.
c. Toki ni, ano mondai wa dou narimashita ka?

7. Setsuzokushi yang menyatakan hubungan penjelasan [setsumei no setsuzokushi]
Di dalam kelompok setsuzokushi yang menyatakan hubungan penjelasan ini terdapat kata-kata: tsumari [dengan singkat, dengan kata lain, pendek kata, alhasil, ialah, yaitu, akhirnya, yakni], sunawachi [yaitu, yakni, ialah, lalu], tatoeba [misalnya, umpamanya, seandainya], nazenara [sebab, karena], yousuruni [dengan singkat, pendek kata, pokoknya, sebenarnya], dan lain-lain. Setsuzokushi kelompik ini berfungsi merangkaikan beberapa kata atau kalimat dan menyatakan pernyataan yang disebut kemudian merupakan penjelasan atau tambahan pernyataan yang disebut sebelumnya.
a. Dekakeru no wa yameta hou ga ii. Nazenara ashita wa ame ga furusou dakara.
b. Nihon wa shiki, sunawachi haru, natsu, aki, fuyu no henka ga aru.


C. Pembentukan Setsuzokushi
Kata-kata yang termasuk setsuzokushi [konjungsi] jumlahnya cukup banyak. Contohnya sebagian besar telah dikemukakan pada penjelasan bagian B. Apabila melihat bentuk setsuzokushi, maka akan kelihatan ada setsuzokushi yang merupakan bentukan dari kelas kata lain. Maksud pembentukan setsuzokushi di sini yaitu beberapa kelas kata dipakai secara berurutan dan akhirnya menjadi sebuah setsuzokushi. Misalnya kata sorekara berasal dari nomina sore [itu] ditambah partikel kara [dari, mulai], lalu kedua kata itu menjadi sebuah setsuzokushi [konjungsi] sorekara yang berarti lalu, dan, selanjutnya atau sesudah itu. Pembentukan setsuzokushi dapat terjadi dengan pola-pola seperti berikut:

1. Meishi + joshi
Tokoroga [tokoro +ga]
Sorenara [sore +nara]
Yueni [yue +ni]
Tokorode [tokoro + de]
Soredewa [sore +dewa]
Sokode [soko +de]
Soreni [sore +ni]
Sorede [sore +de]
Tokini [toki +ni]

2. Doushi + joshi
Shitagatte [shitagau + te]
Narabini [narabu + ni]
Suruto [suru +to]

3. Fukushi + joshi
Matawa [mata + wa]

4. Jodoushi + joshi
Desukeredomo [desu +keredomo]
Desukeredo [desu +keredo]
Desukedo [desu +kedo]
Dakeredomo [da + keredomo]
Dakeredo [da + keredo]
Dakedo [da +kedo]
Desukara [desu + kara]
Dakara [da +kara]
Desuga [desu + ga]
Daga [da +ga]

5. Joshi + joshi
Demo [de + mo]
Dewa [de + wa]
Shikamo [shika + mo]

6. Fukushi + doushi
Soushite [sou +shite]
Soshite [so +shite]

7. Fukushi + doushi + joshi
Sousuruto [sou +suru + to]


D. Setsuzokushi yang sama dengan kelas kata lain

Seperti telah dijelaskan pada bagian C, ada setsuzokushi yang terbentuk dari beberapa kelas kata. Beberapa kelas kata dikombinasikan dan akhirnya membentuk sebuah setsuzokushi. Selain itu, yang perlu diketahui juga, ada beberapa kata yang termasuk setsuzokushi yang dipakai juga pada keelas kata lain. Maksudnya, ada beberapa kata yang dipakai pada kelompok setsuzokushi, tetapi dipakai pula pada kelas kata lain. Kalau kita melihat jenis setsuzokushi seperti yang tertulis pada Bagian B, tampak ada beberapa setsuzokushi yang dipakai juga pada kelompok fukushi dan kelompok joshi.

1. Setsuzokushi yang sama dengan fukushi [adverbia]
a.
[1] Kare wa mata jigyou ni shippai shita. [fukushi]
[2] Atama mo yoi shi, mata karada mo yoi. [setsuzokushi]
b.
[1] Nao yoku sagashite mimasu. [fukushi]
[2] Kaijo wa koudou desu. Nao, kaikai wa kuji desu. [setsuzokushi]
c.
[1] Boku mo aruiwa iku kamo shirenai. [fukushi]
[2] Tozan aruiwa kaisuiyoku ni iku. [setsuzokushi]

Untuk membedakan apakah kata itu termasuk setsuzokushi atau termasuk fukushi, kita harus memperhatikan isi atau makna seluruh kalimat atau harus memperhatikan konteks kalimat itu. Setsuzokushi dipakai untuk menggabungkan beberapa kalimat atau menggabungkan bagian kalimat-kalimat. Seperti setsuzokushi [konjungsi] fukushi pada kalimat a-2 dipakai untuk menggabungkan kalimat Atama mo yoi dengan kalimat Karada mo yoi sehingga menjadi kalimat Atama mo yoi shi, mata karada mo yoi. Tetapi fukushi [adverbia] mata seperti yang ada pada kalimat a-1 dipakai untuk menerangkan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya, tidak berfungsi sebagai konjungsi/kata sambung.

2. Setsuzokushi yang sama dengan joshi [partikel]
a.
[1] Yoku taberu ga, chotto mo futoranai. [joshi]
[2] Yoku taberu. Ga, chotto mo futoranai. [setsuzokushi]
b.
[1] Ji o yomeru keredomo, kakenai. [joshi]
[2] Ji o yomeru. Keredomo, kakenai. [setsuzokushi]

Barangkali mudah sekali kita membedakan apakah kata itu sebagai setsuzokushi atau sebagai joshi. Sebagai contoh kita dapat melihat kalimat a. joshi [partikel] ga pada kalimat a-1 tidak dapat berdiri sendiri, selalu mengikuti kata yang ada sebelumnya. Kata itu baru dapat menunjukkan arti bila sudah disusun dengan kata lain. Sedangkan setsuzokushi [konjungsi] ga seperti pada contoh kalimat a-2 dapat berdiri sendiri dan dapat menunjukkan arti tanpa bantuan kata lain. Setsuzokushi tidak dapat digabungkan dan disusun dengan kata lain. Setsuzokushi lain yang dipakai juga sebagai joshi yaitu: date, dewa, keredo, demo dan sebagainya.

..
--
Sumber:
Gramatika Bahasa Jepang Modern Seri A
Sudjianto
Oriental, 1996

0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar