Sabtu, 04 Desember 2010

Food Allergy, atau Food Intolerance?

Pernahkah Anda mengalami gatal-gatal pada kulit usai menyantap udang, atau si kecil yang menjadi diare setelah meminum susunya? Apakah hal ini merupakan pertanda Anda mengalami alergi makanan, atau sekadar tidak dapat mentoleransi jenis makanan tertentu? Adakah perbedaan di antara keduanya?

Sebuah studi yang dipublikasikan di Annals of Allergy, Asthma & Immunology mendapati bahwa meskipun kebanyakan dari kita mudah mengenali gejala alergi makanan, namun mayoritas pasti tak dapat membedakan apakah yang dimaksud alergi makanan dan intoleransi makanan. Dengan sendirinya, kita juga tidak tahu bagaimana menangani masalah ini.

Persoalan alergi makanan ini bahkan sepintas tak pernah ditanggapi serius, padahal akibatnya bisa fatal. Sementara itu, intoleransi makanan justru tak begitu meresahkan karena hanya mengakibatkan ketidaknyamanan. "Sepertinya orang tidak menyadari bagaimana alergi makanan yang sesungguhnya, karena hal ini serius, dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan," kata Scott H. Sicherer, MD, profesor bidang pediatri di Mount Sinai School of Medicine dan penulis buku Understanding and Managing Your Child's Food Allergies. "Bayangkan jika kita tidak bisa minum susu atau makan telur. Bagi anak, hal ini bisa mempengaruhi semua situasi sosialnya," tambahnya. Si kecil tak bisa makan makanan yang umum dikonsumsi anak-anak di lingkungannya, atau tak bisa ikut menikmati hidangan pesta ulang tahun temannya, karena alergi dengan semua jenis olahan susu.

Anda juga ingin tahu apa perbedaan antara alergi makanan dan intoleransi makanan?

Alergi makanan
Alergi makanan terjadi ketika sistem imunitas salah menyerang protein di dalam makanan, demikian menurut Dr. Sicherer. Ketika tubuh salah menanggapi jenis makanan, seperti kacang, sebagai substansi asing, tubuh mulai membentuk antibodi untuk melawan substansi tersebut. Ketika dalam kesempatan lain tubuh menemukan makanan itu lagi, antibodi segera merasakannya, dan memberi sinyal pada sistem imunitas untuk bereaksi. Dan inilah yang menyebabkan bintik-bintik merah yang gatal, bibir atau lidah membengkak, pusing, pingsan, bahkan dalam beberapa kasus, kematian. "Gejala-gejala ini dapat terjadi sangat cepat setelah memakan makanan yang salah," katanya. "Beberapa orang sangat sensitif, dan sedikit makanan saja dapat memicu reaksi."

Yang umum terjadi: Pada anak-anak, tiga jenis makanan yang paling sering memicu alergi adalah susu sapi, kacang, dan telur. Menurut hasil studi, banyak orang yang mengira alergi susu sapi pada anak bisa digantikan dengan susu rendah lemak. Sedangkan makanan pemicu alergi pada orang dewasa adalah kerang-kerangan.

Kesalahpahaman lain: Masih menurut hasil studi, sekitar 40 persen orang mengira bahwa alergi tak akan sembuh saat anak bertambah besar. Sekitar 55 persen orang mengira alergi makanan bisa sembuh, dan 30 persen percaya ada pengobatan harian untuk orang-orang dengan alergi makanan. Semua ini tidak benar: alergi bisa menghilang seiring bertambahnya usia. Alergi susu pada anak, misalnya, kelak dapat diatasi oleh si anak, kata Ruchi Gupta, MD, MPH, asisten profesor pediatri di Children's Memorial Hospital Northwestern School of Medicine, dan penulis studi tersebut. Namun satu-satunya cara untuk mengatasi alergi secara efektif adalah menghindari makanan pemicunya. Anda bisa melakukan pemeriksaan ke dokter untuk mengetahui apakah Anda alergi makanan atau hal-hal tertentu.

Intoleransi makanan
Intoleransi makanan tidak ada hubungannya dengan sistem imun. Orang yang tidak dapat mentoleransi makanan tertentu kehilangan beberapa komponen dalam sistem pencernaan yang diperlukan untuk mencerna makanan tersebut. Contohnya, intoleransi laktosa terjadi pada orang-orang yang kekurangan enzim pencernaan laktat. "Intoleransi makanan tidak menakutkan, hanya membuat kita tidak nyaman," kata Dr Sicherer. Gejala-gejalanya pun cenderung berhubungan dengan pencernaan, seperti kram pada perut, diare, banyak buang angin, dan kembung. Namun beberapa tambahan makanan dapat menyebabkan ruam dan gatal-gatal atau serangan asma, yang seringkali dikira sebagai gejala alergi. Sebagian orang bahkan dapat mentoleransi makanan yang dimaksud bila dalam jumlah kecil saja.

Yang umum terjadi: Ada suatu kondisi dimana orang tidak dapat mencerna makanan yang mengandung tepung gandum, dan hal ini merupakan bentuk yang umum dari intoleransi makanan. Selain itu, kebanyakan orang juga memiliki tingkat intoleransi tertentu terhadap laktosa. Zat tambahan pada makanan, seperti pewarna makanan, dan sulfida pada anggur, juga sering memicu intoleransi yang kerap disalahartikan sebagai alergi, demikian pendapat Dr Gupta. Jika Anda tidak yakin makanan apa yang memicu masalah pencernaan Anda, hilangkan semua bahan yang mencurigakan dalam makanan Anda, dan konsumsi kembali secara berangsur-angsur.

Kesalahpahaman lain: Beberapa intoleransi makanan dapat diatasi. Anda bisa mengonsumsi obat yang mengandung laktat, yaitu enzim yang menghilang dalam intoleransi susu.

0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar