Sabtu, 31 Juli 2010

Cinta & Kemurahan Hati

CINTA HANYA INGIN MEMBERI BUKAN MENERIMA

Rasulullah saww bersabda, “Murah hati (al-Sakha’) adalah salah satu akhlaq Allah Yang Paling Agung (Al-A’zham)” 1]

Karakter aktif dari cinta dapat dijelaskan lewat pernyataan bahwa cinta pertama-pertama adalah persoalan memberi dan bukan menerima.2]

Imam al-Shadiq as berkata, “Murah hati (al-Sakha’) itu adalah salah satu dari akhlaq para nabi dan murah hati itu merupakan tiang iman, tidaklah seseorang menjadi mu’min melainkan ia seorang yang murah hati (sakhyia), dan tidaklah seseorang menjadi murah hati melainkan ia telah memiliki keyakinan dan tekad yang menjulang. Karena sesungguhnya murah hati itu merupakan pancaran cahaya keyakinan (nur al-yaqin)” 3]

Norma yang menyatakan bahwa “tangan diatas lebih mulia daripada tangan dibawah” bagi mereka mengandung arti bahwa lebih baik menderita kekurangan ketimbang menikmati kesenangan. 4]

Dalam tindakan memberi, pribadi dengan karakter ini merasakan kekuatannya, kemakmurannya, kekuasaannya. Memberi adalah pengalaman akan potensi dan vitalitas manusia yang menghasilkan kegembiraan luar biasa.

Imam al-Shadiq mengaitkan sifat murah hati (sakha’) dengan iman, yang mana sifat ini menjadi kemestian bagi seorang mu’min.

Dalam tindakan memberi, manusia-manusia berkarakter produktif mengalami dirinya sebagai makhluk yang berkelimpahan, yang penuh berkah serta hidup, dan oleh karenanya mereka gembira. Memberi bagi manusia berkarakter produktif lebih menggembirakan ketimbang menerima. Bukan karena hal tersebut merupakan sebentuk kerugian, tetapi karena dalam tindakan memberi terdapat ungkapan akan kehidupan (aliveness). 5]

Sementara dalam urusan material, memberi sama artinya dengan menjadi kaya. Orang kaya bukanlah orang yang memiliki lebih banyak, tetapi adalah mereka yang memberi lebih banyak. Para penimbun harta yang selalu ketakutan akan kehilangan hartanya layak disebut sebagai orang miskin dan melarat meski dia memiliki harta yang terhitung jumlahnya. Sementara pribadi yang sanggup memberikan dirinya kepada orang lain layak disebut sebagai orang kaya. 6]

Memberi telah menjadi tindakan yang lebih memuaskan dan lebih menggembirakan ketimbang menerima. Mencintai juga telah menjadi sesuatu yang lebih penting ketimbang dicintai. 7]

Dari karakteristik cinta yang hanya ingin memberi, cinta seakan juga ingin memberi sebuah kehidupan dan keabadian. Karena boleh dikatakan hakekat cinta adalah berusaha demi sesuatu dan membuat sesuatu itu tumbuh, hidup dan abadi.

Cinta dan usaha tidak dapat dipisahkan. Seseorang mencintai apa yang dia usahakan dan berusaha demi sesuatu yang dia cintai. Perhatian dan kepedulian memuat aspek lain dari cinta, yaitu tanggung-jawab (responsibility).

Saat ini, tanggung-jawab kerapkali dipakai untuk menyatakan sebuah tugas, sesuatu yang dibebankan kepada seseorang dari luar dirinya. Tetapi tanggung-jawab dalam arti yang sebenarnya adalah perbuatan yang benar-benar bersifat sukarela. Tanggung-jawab adalah respon atas kebutuhan-kebutuhan manusia, baik yang terungkapkan maupun yang tidak terungkapkan. Bertanggung-jawab berarti mampu dan siap untuk “merespon”. 8]

Imam Ali as berkata, ”Murah hati (al-Sakha’) itu merupakan upaya cinta (al-mahabbah).” 9]

Murah hati merupakan upaya persiapan batin untuk memperoleh cinta Ilahi.

PERHATIAN AKTIF

Di luar unsur memberi, karakter cinta yang aktif membuktikan bahwa cinta selalu memuat elemen-elemen dasar tertentu, yakni perhatian, tanggungjawab, penghargaan serta pemahaman.

Bukti bahwa cinta memuat perhatian (care) nampak jelas dalam cinta seorang ibu terhadap anaknya. Kita akan meragukan ketulusan cinta seorang ibu jika kita menyaksikan sang ibu kurang memberi perhatian terhadap bayinya, lalai dalam memberinya makan, memandikan atau memberikan kesenangan jasmani.

Sementara kita akan terkesan dengan cinta seorang ibu yang kita lihat memberi perhatian kepada anaknya. Hal ini juga berlaku dalam hal cinta kepada binatang piaraan atau bunga-bunga. Ketika kita melihat orang yang menyatakan bahwa dirinya mencintai bunga-bunga tetapi ia lupa menyiraminya, maka kita tidak akan mempercayai pernyataannya itu.

Cinta adalah perhatian aktif terhadap kehidupan serta perkembangan dari yang kita cintai-entah sesuatu atau seseorang. Cinta akan dianggap tidak ada jika tidak ada perhatian aktif ini. 10]

Imam Ali as berkata, “Sifat (al-juud) dermawan itu merupakan tabiat yang mulia (al-karam)” 11]

Sifat dermawan atau murah hati dibutuhkan cinta untuk memberikan apa yang dibutuhkan oleh yang dicintainya. Sang pencinta dengan sifat dermawannya itu akan rela mempersembahkan (bukan mengorbankan) kekayaannya, jiwa raganya, bahkan seluruh yang dimilikinya termasuk eksistensinya sendiri.

Di dalam karakter Dermawan mengandung empat sifat utama lainnya, al-Karam, al-Itsar, al-Nail, dan al-‘Afwu.

Al-Karam merupakan kecenderungan untuk mudah menginfakkan hartanya di jalan yang berhubungan dengan kemuliaan.

Al-Itsar, kebajikan jiwa yang dengan sifat ini seseorang menahan diri dari yang diingininya, demi memberikannya kepada orang lain yang menurutnya lebih berhak.

Al-Nail, kegembiraan ketika berbuat baik dan menyukai perbuatan itu.

Al-‘Afwu, mudah memaafkan orang lain yang langsung berkenaan dengan dirinya.

Penghulu para syuhada, Iman Husain as pun berkata, “Barangsiapa yang dermawan niscaya ia menjadi mulia (saada)” 12]

Hadits-hadits di atas telah dibuktikan oleh sejarah orang-orang mulia itu sendiri. Kita tidak pernah melihat orang yang memiliki pribadi yang luhur dan mulia melainkan sifat dan tindakan-tindakan dermawan telah menghiasi hidup orang itu.

Para ulama sejati, para fuqaha unggul dan para mujahid ulung tidak ada yang tidak memiliki sifat ini. Kemuliaan dan kedermawanan seolah menjadi padanan kata dan sifat yang tidak mungkin bisa terpisahkan.

Dan para pencinta sejati tidak bisa tidak menyandang sifat ini karena salah satu karakter pencinta sejati adalah keinginan untuk memberi, memberi dan memberi, sebagai sebuah ungkapan cintanya yang universal.

Cinta yang luas tidak mendapatkan cukup tempat dalam dada orang yang kikir dan bakhil.

Cinta yang murni tidak memiliki tempat dalam dada orang-orang pendendam.

Cinta yang tulus tidak mampu bertahan dalam dada orang-orang yang tidak memiliki kepedulian pada orang lain.

Berbuat baik serta berderma itu tidak hanya berwujud bantuan materi, tetapi dapat juga dengan memberikan bantuan spiritual.

Bantuan spiritual, moral dan koreksi prilaku merupakan nilai yang lebih tinggi ketimbang berderma materi.

Rasulullah saww pernah bersabda kepada Imam Ali as, “Seandainya Allah memberikan petunjuk kepada manusia melalui dirimu, maka hal itu lebih baik dari semua yang ada di muka bumi (ini)” 13]

Catatan Kaki :

1. Muttaqi al-Hindi, Kanz al-‘Ummal hadits no. 15926.

2. Erich Fromm, The Art of Loving, hal. 37.

3. Bihar al-Anwar 73 : 169.

4. Erich Fromm, hal. 38

5. Ibid hal. 38-39.

6. Ibid hal. 40.

7. Ibid hal. 68.

8. Ibid, hal. 46-47.

9. Ray Syahri, Mizan al-Hikmah 4 : 420

10. Erich Fromm, The Art of Loving, hal. 44-45

11. Bihar al-Anwar 77 : 421.

12. Bihar al-Anwar 78 : 121

13. Syaikh Abbas al-Qummi, Safinah al-Bihar 2 : 700.

0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar