Selasa, 16 Maret 2010

Dholal (sesat) ?!?

Ketahuilah, bahwasanya setiap ilmu yang tidak didasari ajaran Qur'ani dan Sunnah rasul-Nya yang Shahih (valid) adalah Dholal (sesat), al Qur'an dan Sunnah rasul-Nya bukan untuk membenarkan ilmu dan tindakan anda/akan tetapi hendaknya ilmu dan tindakan anda sesuai dengan pesan Qur'ani dan Sunnah rasul-Nya.
Jadikan al Qur'an dan Sunnah rasul-Nya dasar pijakan ilmu dan ibadah anda, jika nalar anda dan dasar logika anda tidak mampu menjangkau kedalaman ilmu ini (tasawuf dan pengetahuan intuitif), sebaiknya anda Taslim dengan keimanan yang jernih dan jangan sekali-kali mengingkari sesuatu yang anda belum mampu menyibaknya, serahkan segala sesuatunya kepada Sang Maha Mengetahui/Dia-lah Allah Jallah Jalaalah, sebab setiap ilmu yang hadir dalam diri anda tidak akan terlepas dari tiga hal berikut ini.

Pertama: al Mukaalamah (ujaran-ujaran), yakni apa yang datang dalam kalbu (hati) anda melalui al Khawathir (bersitan-bersitan) Rabbaniyah (ketuhanan) dan Malakiyah (malaikat). Bersitan-bersitan tersebut tidak mungkin terbantahkan dan teringkari akal pikiran dan hati nurani. Sesungguhnya pembicaraan al Haq kepada segenap hamba-Nya dan pesan ketuhanan yang Dia sampaikan kepada hamba yang dikehendaki-Nya, adalah sebuah keniscayaan yang pasti diterima, tidak seorangpun dari makhluk-Nya yang mampu menolak. Diantara tanda pembicaraan al Haq kepada hamba yang dikehendaki-Nya itu adalah, sang pendengar secara Dharuriyah (primer) mengetahui dengan penuh keyakinan bahwa apa yang disimaknya adalah Kalaamullah (perkataan Allah), pendengaran yang disimak itu bersifat Kulli (universal), tidak dibatasi oleh al Jihah (ruang) serta tidak satu arah, sebab jika penyimakan itu terjadi hanya satu arah dan dibatasi oleh ruang, maka pendengaran tersebut tidak berlaku untuk arah juga ruang yang lain. Cobalah telisik kembali perihal nabi Musa as, ia mendengar Khitab (pembicaraan) dari Syajarah (pohon) yang tidak terikat oleh arah/ dan pohon itu sendiri merupakan arah. Demikian halnya dengan bersitan-bersitan Malaikat, tidak jauh berbeda dengan bersitan-bersitan ketuhanan/hanya saja kekuatan bersitan ketuhanan lebih kuat dibandingkan bersitan malaikat, kecuali bila bersitan itu bersifat primer, realita tersebut (kekuatan) tidak saja ada pada Mukallamah (pembicaraan)/namun juga pada Tajalli (penampakkan) al Haq. Manakala Anwaar. al Haq (cahaya-cahaya al Haq) termanifestasikan pada diri salah seorang hamba-Nya/ hamba itu mengetahuinya secara primer sejak kali pertama kemunculannya, bahwa cahaya tersebut adalah cahaya al Haq, baik berupa manifestasi sifat, nama, ilmu atau inti (dzat)-Nya. Jika cahaya al Haq tertajallikan pada diri anda niscaya anda akan bisa mengetahuinya sejak kali pertama, bahwa manifestasi tersebut adalah Nur al Haq (cahaya al Haq), atau sifat-sifat-Nya pun inti (dzat)-Nya, itulah sejatinya Tajalli (manifestasi). Pahami betul masalah ini, samudera tajalli luasnya tak bertepi. Adapun llham Ilahiyah (ketuhanan), Thariqah (metode) gapaiannya tersurat jelas dalam pesan Qur'ani dan Sunnah rasul-Nya, kriterianya sangat jelas. Jikalau ilham itu tidak sejalan dengan nilai-nilai Qur'ani dan Sunnah rasul-Nya, hendaknya proses amaliyah (laku) nya dihentikan, sebab bisikan setan sangat kuat dalam ilham ini. Banyak orang yang tidak bisa membedakan antara ilham ketuhanan dan bisikan setan, karenanya Taslim dan iman kepada al Haq adalah sebuah kemestian yang harus dilakukan dalam menyikapi ilham ini, dengan tetap berpegang teguh kepada Ushuluddin (pokok-pokok ajaran agama), hingga al Haq membuka pintu makrifah (pemahaman) akan kesejatian Jala' al Khawathir (bersitan-bersitan hati) tersebut.

Kedua: Ilmu yang keluar dari lisan yang bersumber pada Intisab (runtutan) Sunnah dan Jama'ah/yakni ilmu yang berlandaskan legitimasi dan kesaksian secara utuh dan jernih. Jika anda dihadapkan pada etos keilmuan yang diluar jangkauan nalar logika/dan akal pikir anda tidak mampu menjangkaunya. Cara terbaik menyikapinya adalah dengan Taslim dan mempercayainya secara utuh, serta mentradisikan sikap Khusnudzanitas (pola piker positif) berikut yakin setulus hati. Anda harus menanamkan dalam diri anda dan mengakui dengan penuh kejujuran/ bahwa kekuatan akal insani sangatlah terbatas. Dengan pikiran positif dan keimanan yang jernih seperti itu berarti cahaya akal anda mengikuti cahaya iman anda/ begitulah semestinya anda menyikapi dimensi kegaiban seperti halnya anda menyikapi Dham/ Jala' al Khawatir (bersitan-bersitan hati) yaitu dengan mengedepankan iman yang tulus dan jernih/ mentradisikan Khusnudzanitas serta Taslim (pasrah diri) kepada al Haq.

Ketiga: Ilmu yang keluar dari lisan/ orang-orang yang Mufarraqah (memisahkan diri) dari Madzhab (aliran keagamaan)/ serta ilmu yang lahir dari mulut para ahli bid'ah. Ilmu semacam itii adalah Marfuud (ditolak). Namun demikian tidak ada kemestian harus ditolak/ selama ilmu tersebut masih dalam koridor al Kitab dan as Sunnah/ maka tidak ada alasan untuk menolak/ hanya saja sangat nihil ilmu semacam itu dilandasi pesan Qur'ani dan Sunnah rasul-Nya. Sebab para ahli bid'ah selalu menciptakan konsesus-konsesus keagamaan yang tidak memiliki dasar pijakan/ mengadakan sesuatu yang baru dalam agama yang tidak berpijak pada ajaran Qur'an dan Sunnah rasul-Nya/ padahal semua konsesus keagamaan sejak awal kelahiran Islam/ selalu berlandaskan pesan Qur'ani dan sunnah rasul-Nya yang Shahih (valid). Cobalah anda perhatikan dengan seksama/ apa yang keluar dari pesan Qur'ani dan sunnah rasul-Nya/ perihal jalan pilihan (petunjuk) seperti yang termaktub dalam firman-Nya. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Q.s. al Qashashas 28: 56. Juga firman-Nya yang lain/ Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Q.s. asy Syura 42 :52. Begitu pula dengan sabda rasulullah saw/ Kalipertama yang diciptakan Allah adalah akal juga Kali pertama yang diciptakan Allah adalah al Qolam (pena), serta sabda beliau Kali pertama yang diciptakan Allah adalah Cahaya nabimu wahai Jabir. Maknailah sabda-sabda beliau itu dalam pemaknaan yang utuh/ serta menempatkannya pada porsi yang arif dan bijaksana/ agar anda memperoleh pemaknaan yang Syaamil (utuh) dan Kaamil (sempuma). Para alim (ulama) berpendapat/ keberadaan rasul saw itu sendiri adalah al Hidayah (petunjuk)/ terutama petunjuk untuk memakrifahi inti (dzat)Nya/ sedang Hidayah dalam pemaknaan umum (awam) adalah petunjuk yang mengantar kepada al Haq. Para alim juga berpendapat bahwa ketiga hadits diatas makna hakikinya adalah satu/ sedang I'tibarnya mengandung multi makna seperti halnya al Aswad (hitam)/ al Laami' (kilatan cahaya)/ al Buraaq (burung Buraq) adalah ibarat al Khabar (kabar), namun runtut historisnya berbeda-beda. Apa yang disajikan penulis (al Jailiy) dalam tulisan ini adalah untuk memperkaya khazanah pemahaman anda agar anda bisa mewaspadai/ bahwa satu Hijab (tirai penghalang) memiliki seribu wajah, supaya anda bisa menemukan formula yang tepat serta jalan yang shahih (valid) guna memahami paparan yang penulis sajikan pada karya ini dengan pemahaman yang utuh, teriring lantunan doa semoga kita semua bisa menjadi bagian komunitas para Muhaqqiqiin (ahli hakekat). AMien..

penggalan Buku: Insan Kamil Ikhtiar Memahami Kesejatian Manusia Dengan Sang Khaliq Hingga Akhir Zaman
Penulis : Syeikh Abdul Karim Ibnu Ibrahim Al Jaili
Penerbit : Pustaka Hikmah Perdana, Desember 2005

0 komentar:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar