Senin, 14 September 2009

10 jalan menuju kaya dan berguna

1. jalani kehidupan yg anda inginkan
bukan kehidupan yg diinginkan org lain

2. aturlah supaya kemungkinan memihak anda
bukan menentang anda

3. jadilah penabung super
bukan pemboros super

4. tingkatkan nilai pasar wkt anda, drpd bekerja berjam2..

5. lakukan sedikit lbh baik drpd mencoba melakukan semuanya

6. manfaatkan yg tak terduga drpd tergelincir
olehnya

7. miliki pasar, drpd mencoba mengalahkan pasar

8. batasi kerugian anda, ketimbang membiarkan nasib buruk menghancurkan anda

9. dengarkan org yg tahu
bukan org yg menjual

10. lakukan skr timbang menyesal kemudian..


moga bermanfaat


_________maju terus _____

kalo toilet cow deket ma toilet cew.

Yang ada gini nih, kalo toilet cow deket ma toilet cew..















    Minggu, 13 September 2009

    Twilight (seri novel)

    Berkas:Twilight Saga Collection.jpg

    Twilight adalah sebuah seri novel karya Stephenie Meyer. Seri ini menggambarkan tentang tokoh utamanya, yaitu Isabella "Bella" Swan, seorang remaja yang pindah ke kota Forks, Washington yang kehidupannya berubah ketika ia bertemu dengan Edward Cullen, seorang vampir 'vegetarian'(tidak minum darah manusia). Seluruh isi seri Twilight itu diceritakan melalui sudut pandang Bella Swan dengan pengecualian epilognya Eclipse dan novel Breaking Dawn.

    Daftar isi

    [sembunyikan]

    [sunting]
    Seri

    Seri Twilight itu terdiri atas empat novel, yaitu 'Twilight', 'New Moon', 'Eclipse' dan 'Breaking Dawn'. Adapun ' Midnight Sun' adalah sebuah cerita paralel dari Twilight yang diceritakan melalui sudut pandang Edward Cullen.

    [sunting]
    Jalan Cerita

    [sunting]

    Bella Swan baru saja pindah dari Phoenix, Arizona yang mayoritas bercuaca panas ke Forks, Washington yang mayoritas cuacanya hujan untuk tinggal bersama ayahnya, Charlie, setelah ibunya, Renée, menikah dan tinggal bersama suami barunya, Phil, seorang pemain bisbol. Setelah pindah ke Forks, Bella akhirnya tertarik pada seorang pemuda misterius yang tampan, yang merupakan teman sekelasnya di pelajaran Biologi, Edward Cullen, yang ternyata merupakan seorang vampir vegetarian (vampir yang meminum darah hewan, bukan manusia). Edward mempunyai kemampuan seperti halnya vampir yang lain (kuat, cepat, apabila terkena matahari langsung maka tubuhnya berkilauan dan pada saat tertentu matanya dapat berubah warna)selain itu edward juga mempunyai sebuah bakat untuk dapat membaca pikiran orang lain.tapi dia tak mampu membaca pikiran bella. Pada awalnya, Edward berusaha menjauhi Bella karena Edward selalu merasa tergoda jika menghirup aroma darah Bella. Akan tetapi lama kelamaan akhirnya Edward dapat mengatasi masalah tersebut dan kemudian mereka pun jatuh cinta satu sama lain, yang membuat sekolah membicarakan mereka. Suatu ketika, Bella diajak untuk melihat keluarga Cullen bermain bisbol. Tanpa disangka, tiba-tiba datanglah sekelompok vampir nomaden yang terdiri dari James (vampir dengan bakat melacak), Victoria (vampir dengan insting melarikan diri yang luar biasa hebat dan merupakan pasangan dari James), serta Lauren. Begitu bertemu dengan Bella, James sudah mulai mengincar darah Bella. Semua anggota keluarga Cullen bersatu untuk menyelamatkan Bella. Bella melarikan diri ke Phoenix, Arizona bersama Alice (vampir dengan bakat melihat masa depan) dan Jasper (vampir dengan bakat mengendalikan perasaan di sekitarnya dan merupakan pasangan dari Alice). Saat kabur ke Phoenix, Bella dijebak oleh James. Untungnya Edward dan keluarganya segera menyadari hilangnya Bella dan segera bergegas untuk pergi menyelamatkan Bella. Edward tiba tepat pada waktunya dan berhasil menyelamatkan Bella, setelah itu mereka segera kembali ke Forks dan mengikuti acara prom yang diselenggrakan oleh sekolah mereka.

    [sunting]

    Edward dan keluarganya meninggalkan Forks karena Edward percaya bahwa mereka dapat menempatkan Bella dalam bahaya.Edward memberi alasan bahwa dia tidak mencintai bella lagi dan berharap agar gadis itu melupakan cintanya pada edward. Bella jatuh dalam depresi berat, sampai akhirnya ia menemukan sahabat baru yang merupakan seorang werewolf, Jacob Black. Jacob dan werewolf lain dari sukunya harus melindungi Bella dari Victoria, vampir yang berusaha membalas dendam akibat kematian pasangannya, James, dengan berusaha membunuh Bella, yang merupakan pasangan Edward Cullen yang telah membunuh pasangannya. Akibat suatu kesalah pahaman, Edward menyangka Bella sudah meninggal karena bunuh diri(Bella terjun dari tebing untuk mencari kesenangan). Edward pun memutuskan untuk menyusul Bella(edward pernah berkata bahwa dia tak bisa hidup jika bella tak ada) dengan meminta sekeluarga vampir senior di Volterra, Italy, tapi kemudian dihentikan oleh Bella dan Alice yang menyusul Edward ke Volterra, Italy. Mereka bertemu dengan Klan Volturi dan mereka dapat dibebaskan untuk pergi asalkan Bella harus menjadi vampir suatu saat nanti. bella pun menyanggupinya dengan voting suara dari keluarga cullen. Bella dan Edward bersama kembali, dan Keluarga Cullen kembali ke Forks.

    [sunting]

    Sang vampir Victoria yang masih berkeliaran di forks untuk membalas dendam kepada Bella membuat suatu pasukan "vampir baru" untuk membantu melawan Keluarga Cullen dan membunuh Bella. Sementara itu, Bella harus memilih antara hubungannya dengan Edward atau persahabatannya dengan Jacob(karna ternyata jacob cinta juga pada bella). Keluarga cullen dan Geng werewolf Jacob terpaksa bekerja sama untuk memusnakan vampir-vampir baru buatan victoria.Sehingga mereka sukses membasmi Victoria beserta pasukkannya. Jacob pun marah mengetahui pilihan Bella yang memutuskan untuk menjadi vampir.Dia berusaha menyakinkan bella bahwa gadis itu juga mencintainya meskipun tidak sebesar cintanya kepada edward.namun bella menyadarkannya bahwa bella tidak akan sanggup hidup tanpa edward disisinya. akhirnya dengan berat hati ia merelakan hubungan Edward dengan Bella dan untuk beberapa saat dia pergi jauh dari hidupnya bella.

    [sunting]

    Bella dan Edward menikah, tapi bulan madu mereka terpotong setelah Bella mengetahui bahwa dirinya hamil. Kehamilannya berjalan amat cepat dan membuat Bella menjadi lemah. Ia hampir meninggal saat melahirkan putrinya yang setengah manusia dan setengah vampir,Renesmee, tetapi Edward menyuntikkan Bella dengan racunnya agar tetap hidup dan berubah menjadi vampir. Seorang vampir dari klan lain melihat Renesmee dan menyangkanya sebagai "immortal child"--anak yang telah digigit oleh vampir, dimana melawan peraturan vampir, kemudian ia menginformasikannya kepada Klan Volturi. Keluarga Cullen mengumpulkan vampir-vampir yang dapat menjadi saksi bahwa Reneesme bukan "immortal child". Keluarga Cullen dan para saksi mata berhasil meyakinkan para Volturi bahwa Renesmee bukan merupakan ancaman, dan mereka hidup tenteram. Dalam novel ini Sudut pandang sempat beralih kepada sudut pandang Jacob, yang menceritakan bagaimana kehidupan Jacob saat menemani Bella yang sedang sekarat dan bagaimana dia bernafsu membunuh Renesmee yang menurut Jacob telah membunuh Bella tetapi akhirnya Jacob malah mencintai Renesmee dan melindunginya mati-matian

    [sunting]
    Tokoh Utama

    Bella Swan—Adalah tokoh protagonis dari seri ini, Bella digambarkan sebagai gadis ceroboh dan "Magnet Bahaya". Ia juga diceritakan selalu memiliki rasa percaya diri yang rendah dan selalu merasa tak pantas di sisi Edward. Bella memiliki mata dan rambut berwana kecoklatan. Ia imun terhadap kekuatan supernatural yang berkaitan dengan pikirannya, seperti kemampuan Edward untuk membaca pikiran. Setelah ia bertransformasi menjadi vampir di buku keempat, Bella mendapat kekuatan yang dapat membuat perlindungan bagi dirnya sendiri maupun orang di sekitarnya menjadi imun terhadap berbagai kekuatan supernatural lainnya.

    Edward Cullen—Edward adalah seorang vampir yang hidup di dalam Keluarga Cullen, mereka adalah vampir yang "vegetarian". Edward digambarkan memiliki rasa benci yang luar biasa pada Jacob Black yang juga mencintai Bella. Dalam Breaking Dawn, ia mulai menganggap Jacob sebagai saudara dan juga teman. Seperti vampir lainnya, Edawrd juga memiliki kemampuan khusus; ia dapat membaca pikiran orang lain. Bella imun terhadap kekuatannya ini, namun setelah berubah menjadi vampir, Bella dapat meruntuhkan pertahannannya tersebut.

    Jacob Black—Adalah karakter pendukung di dalam novel pertama, Jacob diperkenalkan sebagai anggota dari suku Quileute. Ia muncul kembali dalam New Moon dengan peranan lebih besar, menjadi werewolf dan sahabat baik Bella yang dimana saat itu sedang mengalami depresi akibat ditinggalkan Edward. Meskipun ia jatuh cinta pada Bella, Bella mengangapnya hanya sebatas kawan baik. Di dalam EclipseBella sadar bahwa ia juga mencintai Jacob meskipun tak sebesar rasa cintanya pada Edward. Dalam Breaking Dawn, Jacob akhirnya menemukan belahan jiwanya yaitu putri dari Bella dan Edward, Renesmee, hal ini yang membuat sakit hati pada diri Bella.

    New Moon (Twilight Sequel) 20 November 2009

    Kenyataan bahwa keluarga Edward adalah vampir, yang meski telah berusaha tidak meminum darah manusia dan menggantinya dengan darah binatang, tidak menghilangkan sifat dasar yang selalu haus darah manusia. Dan Bella berada di sana, manusia dengan darah segar dari pembuluh yang terus berdenyut dan berbau menggoda, seolah siap dirobek oleh gigi-gigi mereka yang tajam. Namun akankah kenyataan tersebut membuat Bella ketakutan? Ternyata tidak. Kehancuran gadis itu justru ketika Edward meninggalkannya dengan tiba-tiba. Benarkah Edward sudah tidak mencintainya lagi? Apakah berada di samping Bella terlalu berat bagi vampir tampan itu? Untuk senantiasa menahan keinginan untuk membunuh gadis itu. Tanpa kata Edward pergi membawa semua kenangan mereka sehingga seolah dia tidak pernah berada di samping Bella.
    Sanggupkah Bella menerima kenyataan ini? Berbulan-bulan dia hidup bagai orang mati dan mengabaikan semuanya. Hingga dia jatuh ke dalam pelukan Jacob Black, remaja Indian tampan yang telah lama jatuh hati pada Bella. Namun ternyata cinta mereka juga sama bahaya dan terlarangnya. Kenyataan bahwa Jacob Black adalah seorang manusia serigala yang musuh utama vampir memantapkan posisi Bella sebagai daya tarik terhadap masalah.
    Namun di sela pergulatan cinta segi tiga itu Edward justru hadir kembali. Mampukah dia memenangkan kembali hati Bella? Apalagi dengan peristiwa yang terjadi dan melibatkan sepasukan vampir yang menegakkan aturan di antara vampir-vampir di dunia demi melindungi eksistensi mereka. Namun kenapa justru di tengah berbagai masalah tersebut, Edward justru kembali menyatakan cintanya pada Bella dan melamarnya? Lalu bagaimanakah dengan Jacob Black?

    Adobe Tawarkan Format Video Baru

    Adobe kini tawarkan format baru Raw video. Format ini disebut menjanjikan kualitas tinggi, langsung dari sensor kamera. Format tersebut bernama CinemaDNG.
    adobe-logo.jpg

    "Dalam sebuah kinerja proses sinematografi digital, proses capture dikerjakan oleh software dan hardware dalam sebuah kamera, sebelum disimpan dalam storage. Saat sebelum masuk storage itu, data pun sangat riskan rusak, apabila proses terganggu. CinemaDNG menghindari permasalahan ini, dengan meng-capture raw data secara langsung dari sensor kamera." ujar keterangan resmi dari Adobe.

    Sebelumnya, perusahaan di belakang Photoshop tersebut telah mengembangakan teknologi untuk still kamera yang bernama DNG, kepanjangan dari Digital Native. Kini Adobe mencoba membawa format baru dengan nama CinemaDNG, untuk diaplikasikan pada format video.

    Beberapa perusahaan telah mengaplikasikan format ini dalam produk mereka. Diantaranya: Fraunhofer, Gamma & Density, Ikonoskop, Indiecam, Iridas, MXF4mac, RadiantGrid, Synthetic Aperture, The Foundry, Vision Research, dan Weissc.

    Adobe juga merilis software video editing mereka, agar dapat mengimport file CinemaDNG.

    Adobe dan beberapa partisipan lainnya juga telah membuat plugin CinemaDNG bagi Adobe After Effect CS4 dan Adobe Premiere Pro CS4. Software tersebut telah tersedia secara online di Adobe Labs. (Cnet/detik)

    JIWA YANG MULIA DAN YANG HINA

    Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya menyebutkan bahwa Syaqiq bin Ibrahim mengatakan, "Pintu taufik tertutup bagi manusia dari enam hal:

    Pertama, tidak bersyukur terhadap nikmat.

    Kedua, mencintai ilmu tanpa melaksanakannya.

    Ketiga, berbuat dosa dan mengakhirkan taubat.

    Keempat, bersahabat dengan orang-orang yang shalih tetapi tidak meneladani perbuatan mereka.

    Kelima, mengakui rendahnya dunia tetapi mengejarnya.

    Dan keenam, mempercayai akhirat tetapi meremehkannya.

    Sedang keenam hal itu disebabkan oleh tidak adanya rasa cinta dan rasa takut, lemahnya keyakinan, lemahnya hati kecil (nurani), lemahnya jiwa, serta menggantikan sesuatu yang baik dengan sesuatu yang hina.

    Sumber kebaikan adalah taufik Allah dan kehendak-Nya, serta kemuliaan jiwa dan kebesaranNya. Sedangkan sumber kejahatan adalah kehinaan, kerendahan dan kekerdilan jiwa.

    KISAH AL-USTADZ AHMAD IZZAH AL-ANDALUSY

    Suatu petang, di Tahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencengkam. Jeneral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.

    Setiap banduan penjara membongkokkan badannya rendah-rendah ketika ‘algojo penjara’ itu melintasi di hadapan mereka. Kerana kalau tidak, sepatu ‘boot keras’ milik tuan Roberto yang fanatik Kristian itu akan mendarat di wajah mereka. Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseoran mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci. “Hai…hentikan suara jelekmu! Hentikan…!” Teriak Roberto sekeras-kerasnya sambil membelalakkan mata. Namun apa yang terjadi? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu’nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang.

    Dengan marah ia menyemburkan ludahnya ke wajah tua sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyucuh wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala. Sungguh ajaib… Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat galak untuk meneriakkan kata Rabbi, wa ana ‘abduka… Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, “Bersabarlah wahai ustaz…InsyaALlah tempatmu di Syurga.”

    Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustaz oleh sesama tahanan, ‘algojo penjara’ itu bertambah memuncak marahnya. Ia memerintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-kerasnya sehingga terjerembab di lantai.

    “Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa hinamu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu! Ketahuilah orang tua dungu, bumi Sepanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan bapa kami, Tuhan Jesus. Anda telah membuat aku benci dan geram dengan ’suara-suara’ yang seharusnya tidak didengari lagi di sini. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau mahu minta maaf dan masuk agama kami.”

    Mendengar “khutbah” itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatap Roberto dengan tatapan yang tajam dan dingin. Ia lalu berucap,

    “Sungguh…aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, ALlah. Bila kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemahuanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh.”

    Sejurus sahaja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah berlumuran darah. Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah ‘buku kecil’. Adolf Roberto berusaha
    memungutnya. Namun tangan sang Ustaz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat. “Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!” bentak Roberto.

    “Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!”ucap sang ustaz dengan tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu lars seberat dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustaz yang telah lemah.

    Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto. Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan ‘algojo penjara’ itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.

    Setelah tangan tua itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya baran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung.

    “Ah…seperti aku pernah mengenal buku ini. Tetapi bila? Ya, aku pernah mengenal buku ini.”

    Suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan “aneh” dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol.

    Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustaz yang sedang melepaskan nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak.

    Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu petang di masa kanak-kanaknya terjadi kekecohan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Petang itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa gugur di bumi Andalusia.

    Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin petang yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara. Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mahu memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.

    Seorang kanak- kanak laki-laki comel dan tampan, berumur sekitar tujuh tahun, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Kanak kanak comel itu melimpahkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan kanak - kanak itu mendekati tubuh sang ummi yang tak sudah bernyawa, sambil menggayuti abinya. Sang anak itu berkata dengan suara parau, “Ummi, ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa….? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi…”

    Budak kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu apa yang harus dibuat . Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya budak itu berteriak memanggil bapaknya, “Abi…Abi…Abi…” Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapa ketika teringat petang kelmarin bapanya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.

    “Hai…siapa kamu?!” jerit segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati budak tersebut. “Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi…” jawabnya memohon belas kasih. “Hah…siapa namamu budak, cuba ulangi!” bentak salah seorang dari mereka. “Saya Ahmad Izzah…” dia kembali menjawab dengan agak kasar. Tiba-tiba “Plak! sebuah tamparan mendarat di pipi si kecil. “Hai budak…! Wajahmu cantik tapi namamu hodoh. Aku benci namamu. Sekarang kutukar namamu dengan nama yang lebih baik. Namamu sekarang ‘Adolf Roberto’…Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang buruk itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!” ancam laki-laki itu.”

    Budak itu mengigil ketakutan, sembari tetap menitiskan air mata. Dia hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya budak tampan itu hidup bersama mereka.

    Roberto sedar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustaz. Ia mencari-cari sesuatu di pusat laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah ‘tanda hitam’ ia berteriak histeria, “Abi…Abi…Abi…” Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapanya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia jua ingat betul ayahnya mempunyai ‘tanda hitam’ pada bahagian pusat.

    Pemuda bengis itu terus meraung dan memeluk erat tubuh tua nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas tingkah-lakunya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun lupa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, “Abi… aku masih ingat alif, ba, ta, tha…” Hanya sebatas kata itu yang masih terakam dalam benaknya.

    Sang ustaz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyeksanya habis-habisan kini sedang memeluknya. “Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuhi Abi, tunjukkan aku pada jalan itu…” Terdengar suara Roberto meminta belas.

    Sang ustaz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika setelah puluhan tahun, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, di tempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.

    Sang Abi dengan susah payah masih boleh berucap. “Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu,” Setelah selesai berpesan sang ustaz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah “Asyahadu anla IllaahailALlah, wa asyahadu anna Muhammad Rasullullah…’. Beliau pergi dengan menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang dibumi yang fana ini.

    Kini Ahmah Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agamanya, ‘Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru berguru dengannya…”

    Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy.

    Benarlah firman Allah…

    “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama ALlah, tetaplah atas fitrah ALlah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah ALlah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS>30:30)

    Syeikh Al-Islam Turki yang terakhir iaitu As-Syeikh Mustafa Al Basri telah menegaskan dalam bukunya …

    Sekularisma yang memisahkan ajaran agama dengan kehidupan dunia merupakan
    jalan paling mudah untuk menjadi murtad.

    Dari : AL-MANAHIL

    KPK vs POLRI: Cicak Kok Mau Melawan Buaya!

    Isu tak sedap menerjang Kepala Badan Reserse dan Kriminal Markas Besar Kepolisian RI, Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji. Telepon genggamnya disadap oleh penegak hukum lain. Penyadapan itu diduga terkait dengan penanganan kasus Bank Century. Susno menyatakan dirinya tak marah atas penyadapan itu. "Saya hanya menyesalkan," ujarnya. Siapa penyadapnya, ia tak mau buka mulut. Lulusan Akademi Kepolisian 1977 ini menyebut penyadapan itu sebagai tindakan bodoh. Sehingga, ujarnya, ia justru sengaja mempermainkan para penyadap dengan cara berbicara sesuka hati.

    Sebelumnya, polisi memeriksa Wakil Ketua KPK Chandra Hamzah lantaran disebut-sebut melakukan penyadapan tak sesuai prosedur dan ketentuan. Pemeriksaan Chandra dituding sebagai upaya polisi untuk melumpuhkan komisi yang galak terhadap koruptor itu. Apa yang terjadi sebenarnya?

    Berikut petikan wawancara dengan Komjen Susno Duadji.

    Polisi dituduh hendak menggoyang KPK karena memeriksa pimpinan KPK dengan tuduhan penyalahgunaan wewenang penyadapan. Komentar Anda?

    Kalangan pers harus mencermati, apakah karena dia (Chandra Hamzah) pimpinan KPK lalu ada masalah seperti ini tidak disidik. Katanya, asas hukum kita, semua sama di muka hukum. Jelek sekali polisi kalau ada orang melanggar undang-undang lalu dibiarkan. Kami sudah berupaya netral dan menjadi polisi profesional.

    Apa memang ditemukan penyalahgunaan wewenang untuk penyadapan itu?

    Saya tidak mengatakan penyalahgunaan atau apa. Silakan masyarakat menilai. Menurut aturan, yang boleh disadap itu orang yang dalam penyidikan korupsi. Kalau Rhani Juliani, apa itu korupsi? Dia bukan pengusaha, bukan pegawai negeri, bukan juga rekanan dari perusahaan. Kalau korupsi, korupsi apa, harus jelas.

    Tapi sikap Anda ini dinilai menggembosi KPK?

    Kalau kami mau menggembosi itu gampang. Tarik semua personel polisi, jaksa. Nanti sore juga bisa gembos. Lalu Komisi III nggak usah beri anggaran. Kami berteriak-teriak ini supaya baik republik ini.

    Kami mendapat informasi, saat diperiksa Antasari membeberkan keburukan pimpinan KPK yang lain.

    Saya tidak tahu, tanya ke Antasari. Lha, sekarang kalau pimpinannya yang mengatakan lembaga itu bobrok, berarti parah, dong. Dia kan yang paling tahu. Dia kan pimpinannya.

    Ada kesan polisi dan KPK justru berkompetisi, bukan bersinergi. Benar?

    Tidak, yang melahirkan KPK itu polisi dan jaksa. Saya anggota tim perancang undang-undang (KPK). Kami sangat mendukung. Tapi karena opini yang dibentuk salah, seolah-olah jadi pesaing. Padahal 125 personel yang melakukan penangkapan dan penyelidikan (di KPK) itu kan personel polisi. Penuntutnya juga dari kejaksaan. Kalau nggak gitu, ya matek (mati) mereka. Jadi, tak benar jika dikatakan ada persaingan

    Anda, kabarnya, juga akan ditangkap tim KPK karena terkait kasus Bank Century?

    Ah, ya enggak, itu kan dibesar-besarkan. Mau disergap, timbul pertanyaan siapa yang mau menyergap. Mereka kan anak buah saya. Kalau bukan mereka, siapa yang mau nangkap? Makanya, Kabareskrim itu dipilih orang baik, agar tidak ditangkap.

    Kalau penyidik KPK yang menangkap?
    Mana berani dia nangkap?

    Karena adanya berita itu, Anda katanya marah sekali sehingga kemudian memanggil semua polisi yang bertugas di KPK?

    Tidak, saya tidak marah. Mereka kan anak buah saya. Mereka pasti memberi tahu saya. Saya cuma kasih tahu kepada mereka, gunakan kewenangan itu dengan baik.

    Apa benar Anda minta imbalan untuk penerbitan surat kepada Bank Century agar mencairkan uang Boedi Sampoerno?

    Imbalan apa? Apanya yang dikeluarkan? Semua akan dibayar, kok. Bank itu tidak mati, semua aset diakui dan ada. Terus apa lagi yang mesti diurus? Yang perlu diurus, uang yang dilarikan Robert Tantular itu.

    Jadi, apa konteksnya saat itu Anda mengirim surat ke Bank Century?

    Konteksnya, saya minta jangan dicairkan dulu rekening yang besar-besar. Kami teliti dulu. Paling besar kan punya Boedi Sampoerna, nilainya triliunan rupiah. Kami periksa dulu, kenapa Boedi Sampoerna awalnya nggak mau melaporkan.

    Menurut Anda, kenapa ada pihak yang berprasangka negatif kepada Anda?

    Kalau orang berprasangka, saya tidak boleh marah, karena kedudukan ini (Kabareskrim) memang strategis. Tetapi saya menyesal, kok masih ada orang yang goblok. Gimana tidak goblok, sesuatu yang tidak mungkin bisa ia kerjakan kok dicari-cari. Jika dibandingkan, ibaratnya, di sini buaya di situ cicak. Cicak kok melawan buaya. Apakah buaya marah? Enggak, cuma menyesal. Cicaknya masih bodoh saja. Kita itu yang memintarkan, tapi kok sekian tahun nggak pinter-pinter. Dikasih kekuasaan kok malah mencari sesuatu yang nggak akan dapat apa-apa.


    TAK CUKUP HANYA SEMANGAT

    Bismillaahirrahmaanirrahiim.

    Setelah cukup lama 'nyepi' dari kirim taujihat di forum yg penuh berkah ini, ternyata di bulan ini saya diberi kesempatan lagi untuk berkontribusi disini. Kemaren siang akh Masker kirim komentar di fesbuk, ngingetin bahwa saya dapat jatah ngisi taujihat Senin ini.. meski sudah diingetin dari kemaren, tetap aja kesempatan nulisnya baru bisa pagi ini.. so, mohon maaf kalo baru sempet posting agak siangan.

    Temanya masih seputar dakwah. Tapi kali ini kita akan coba kupas sedikit dari sisi pelakunya.
    Sebagaimana diketahui, meski semua kita memahami bahwa aktivitas dakwah adalah aktivitas yang mulia, namun dalam pelaksanannya, seringkali kita temui pelaku-pelakunya ‘tidak seperti apa yang kita pahami’.
    Taujihat ini dijuduli “Tak Cukup Hanya Semangat”. Dalam hal ini, kita ingin memahami lebih jauh bahwa dalam menjalani aktivitas dakwah ini, akan sangat ‘berbahaya’ jika modal kita hanya semangat. BONEK alias bondo nekat (modal nekat), gitu istilahnya.

    Lho, mengapa semangat kok malah berbahaya ?
    Tentunya semangat yang berbahaya disini adalah semangat yang modalnya hanya NEKAT, bukan modal ILMU dan PEMAHAMAN.

    Ikhwati fillah, bagi kita ---komunitas tarbiyah--- keberhasilan dakwah yang kita lakukan sangat bergantung pada 3 hal :

    Pertama, marhalah dakwah serta penanaman prinsip-prinsip dan keimanan di dalam hati harus menjadi prioritas utama, mendahului aktivitas lainnya. Meskipun marhalah ini sangat lama dan panjang, keteguhan para aktivis dakwah padanya dan kesungguhan mereka dalam berjihad didalamnya, akan dapat menyukseskan marhalah-marhalah berikutnya dan dapat memberikan buah yang masak dan menyenangkan. (untuk lebih jelasnya lihat kembali materi/taujihat lama tentang Urgensi Tarbiyah, terutama yang membahas bahwa karakter tarbiyah itu adalah PANJANG, tapi hasilnya PATEN)

    Kedua, mencetak kader yang akan memikul dakwah, mengatur langkah-langkah perjalanannya, dan memenuhi setiap kekosongan didalamnya. Betapapun kuatnya suatu pergerakan dakwah, atau lembaga, bila ia tidak secara kontinu membina kader, maka akan terancam kehancuran, tiada berapa lama lagi tokoh-tokohnya hilang dan pada saatnya nanti ia pun akan menghilang juga.

    Ketiga, mensuplai hati dan ruhani dengan makanan yang dapat menjaga keberlangsungan aktivitas dakwah dan semangat para kadernya, serta mengganti kekuatan yang tekah mereka curahkan. Sebab, seorang kader dakwah itu seperti lampu, bila energinya habis, maka akan segera padam. Masalah ini sangat penting, sebab jika tidak segera dilakukan maka jiwa akan menjadi futur dan perasaan menjadi dingin, akhirnya mundur.
    Dengan demikian, yang menjadi tolok ukur bukan hanya semangat. Juga bukan hanya kepercayaan pada pengorbanan, tetapi pada keistiqamahan dan kesinambungan (istimrar). Hal ini tak akan terwujud kecuali dengan tarbiyah ruhiyah serta pembekalan hati dengan keimanan dan dzikir.

    Kader dakwah harus menstabilkan semangat dan emosinya. Sebab, orang yang hanya berbicara tidak sama dengan orang yang beramal ; oarng yang sekedar beramal tidak sama dengan orang yang hanya berjihad ; orang yang hanya berjihad tidak sama dengan orang yang berjihad secara produktif dan bijaksana yang dapat mencapai keuntungan paling besar dan paling mulia.
    Sejak awal, hal ini sudah diingatkan oleh asy-syahid sayid quthb :” Bisa jadi orang yang paling semangat, paling antusias dan paling berani membabi buta adalah orang yang paling mudah berkeluh kesah, paling duluan mundur dan paling kalah saat menjumpai keseriusan dan saat terjadi sebuah peristiwa.

    Bahkan bisa jadi ini menjadi sebuah kaidah. Sebab semangat, antusiasme dan keberanian yang membabi buta biasanya muncul dari kurangnya pemahaman dan kurangnya perhitungan terhadap hakikat beban yang akan dipikul, bukan muncul dari sikap syaja’ah (keberanian), sikap tahan uji dan kekuatan tekad.

    Hal tersebut juga muncul dari kecilnya sifat tahan uji serta minimnya ketahanan menghadapi kesulitan, gangguan dan kekalahan, sehingga membuatnya tergerak, termotivasi dan melakukan pembelaan dengan cara apapun, tanpa mempertimbangkan beban-beban gerakan, pertahanan dan kemenangan. Karena itu, saat mereka dihadapkan pada beban-beban yang ternyata lebih berat dari yang mereka duga, serta lebih sulit dari apa yang mereka bayangkan, maka mereka adalah barisan yang pertama kali berkeluh kesah, mundur dan kalah.

    Sebaliknya, orang-orang yang dapat mengendalikan jiwa, menanggung kesulitan dan gangguan beberapa saat, menyiapkan perbekalan untuknya, dan mengenali hakikat beban yang akan dipikul serta sejauh mana kekuatan jiwanya dalam memikul beban tersebut, akan mampu bersabar, tidak tergesa-gesa dan menyiapkan segala sesuatunya.

    orang-orang yang membabi buta dan berlebihan semangatnya mengira bahwa mereka adalah orang-orang yang lemah. Ia tidak tertarik dengan kehati-hatian dan pertimbangan merek a dalam berbagai urusan. Namun dalam peperangan, akan tampak mana diantara dua kelompok itu yang lebih tahan uji, dan mana yang lebih jauh pandangannya.

    Wallahu a’lam.

    JANGAN SERING MAKAN MIE INSTAN

    Dulu dosen bahasa inggris saya sewaktu kuliah, pernah bercerita bahwa anaknya terkena kanker kulit karena terlalu sering makan mie instan. Nah beberapa waktu lalu juga ada kisah seorang anak yang ususnya dipotong gara-gara terlalu sering makan mie instan. Kisah ini saya dapatkan di portaldjp. Semoga kisah ini membuat kita lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi fast food dan junk food.

    Usus Dipotong akibat Kebanyakan Mi Instan

    MAKSUD hati membantu suami menambah penghasilan, apa daya anak jadi korban. Akibat kerap meninggalkan buah hatinya, Hilal Aljajira (6), Erna Sutika (32) kini harus menelan pil pahit. Usus Hilal bocor dan membusuk hingga harus dipotong. Rupanya tiap hari Hilal hanya menyantap mi instan karena di rumah tak ada orang yang memasakkan makanan untuknya. Berikut cerita Erna.

    Saat usia Hilal menginjak 2 tahun, aku memutuskan bekerja, membantu keuangan keluarga mengingat penghasilan suamiku, Saripudin (39), kurang mencukupi kebutuhan keluarga.

    Aku bekerja di perusahaan pembuat bulu mata palsu, tak jauh dari rumah kami di Garut. Setiap berangkat kerja, Hilal kutitipkan kepada ibuku. Di situ, ibuku kerap memberinya mi instan. Bukan salah ibuku, sih, karena sebelumnya, aku juga suka memberinya makanan itu jika sedang tidak masak.

    Ternyata, Hilal jadi “tergila-gila” makanan itu. Ia akan mengamuk dan mogok makan jika tak diberi mi instan. Ya, daripada cucunya kelaparan, ibuku akhirnya hanya mengalah dan menuruti kemauan Hilal. Lagi pula, kalau tidak diberi, Hilal pasti akan membeli sendiri mi instan di warung dekat rumah dengan uang jajan yang kuberikan. Praktis, sehari dua kali ia makan mi instan.

    Dua kali dipotong
    Kamis, 20 November 2008, Hilal mengeluh sakit perut. Kupikir sakit biasa. Anehnya, setelah tiga hari, sakitnya tak kunjung hilang dan ditambah ia tidak bisa buang air besar. Gara-gara itulah perutnya membesar.

    Khawatir, kubawa Hilal ke mantri dekat rumah. Karena tetap tidak ada perubahan, kami kemudian membawanya ke RSU Dr Slamet, Garut. Ternyata hasil pemeriksaan dokter lebih menyeramkan dari yang kuduga. Kupikir, cukup dengan obat pencahar perut, sakit Hilal bisa segera sembuh. Rupanya tak segampang itu.

    Hasil tes darah dan rontgen memperlihatkan, Hilal harus segera dioperasi karena beberapa bagian di ususnya bocor dan membusuk. Ketika kutanyakan apa penyebabnya, dokter menjawab, akibat dari kandungan makanan yang Hilal konsumsi selama ini tidak sehat dan membuat ususnya rusak. Saat itulah kutahu Hilal terlalu sering menyantap mi instan. Astagfirullah….

    Atas rujukan dokter, kami kemudian membawa Hilal ke RS Hasan Sadikin, Bandung, dengan alasan peralatan medis di RS itu lebih lengkap. Sejak awal, tim dokter sudah pesimistis dengan kondisi Hilal yang begitu memprihatinkan dengan berat badan yang tidak sampai 11 kg. Dokter juga bilang, dari puluhan kasus serupa, hanya tiga orang yang bertahan hidup. Aku hanya bisa berserah pada Allah SWT.

    Baru pada 25 November 2008 operasi dilakukan di RS Immanuel, Bandung. Saat itu aku sedang hamil tiga bulan. Dokter mengamputasi usus Hilal sekitar 10 cm. Untuk menyatukan bagian usus yang terputus itu, dokter menyambungnya dengan usus sintetis. Selain itu, dokter juga membuat lubang anus sementara (kolostomi) di dinding perut sebelah kanan.

    Utang belum lunas
    Ternyata cobaan kami belum berakhir sampai di situ. Tiga hari kemudian, dokter menemukan masih ada bagian usus yang bocor. Mau tidak mau, Hilal harus kembali naik ke meja operasi dan merelakan sebagian ususnya lagi.

    Jelas, aku dan suami sangat ingin Hilal sembuh. Namun, di sisi lain, penghasilanku sebagai buruh tidaklah seberapa. Setiap bulan, aku hanya bisa membawa pulang uang Rp 250.000 atau Rp 300.000 kalau lembur. Adapun suamiku penghasilannya tidak pernah menentu. Maklum, ia hanya kuli kasar di pabrik tahu di Bandung.

    Sejak Hilal jatuh sakit, aku memutuskan berhenti bekerja. Alhasil, suamiku harus banting tulang mengerjakan pekerjaan apa pun asal menghasilkan uang. Kendati sudah bekerja begitu keras, rasanya sia-sia saja. Biaya operasi Hilal yang mencapai Rp 16 juta terasa begitu besar dan entah kapan bisa dilunasi. Apalagi, kami hanya punya waktu 10 hari untuk melunasinya. Untung pihak rumah sakit berbaik hati memberi kelonggaran waktu dua hari sehingga kami masih sempat meminjam uang ke beberapa keluarga dan tetangga.

    Demi kesembuhan Hilal pula, kami harus lebih berhemat. Rumah kontrakan kami tinggalkan dan kami menumpang di rumah orangtuaku. Sebenarnya uang kontrakan rumah itu tidak terlalu besar, hanya Rp 300.000 per tahun, tapi tetap saja uang sebesar itu sangat berarti untuk biaya pengobatan Hilal.

    Kata dokter, kolostomi di perut Hilal sudah bisa ditutup setelah tiga bulan. Namun, baru setelah delapan bulan kemudian, tepatnya 23 Juli 2009, operasi penutupan dilakukan. Apalagi kalau bukan masalah biaya. Itu pun bisa dilakukan karena kami dapat bantuan dari sebuah stasiun televisi swasta sebesar Rp 14 juta.

    Soal utang ke keluarga dan tetangga sebesar Rp 16 juta, entah kapan bisa kami selesaikan. Kepalaku jadi tambah pening bila mengingat, sebentar lagi si sulung, Panda Erdini (11), akan masuk SMP.

    SEJAK ususnya yang busuk dipotong, Hilal tidak lagi merasakan sakit pada bagian ususnya. Celakanya, rasa sakit justru berpindah ke bagian kolostominya. Setiap kali habis makan, makanan itu pasti langsung keluar melalui lubang anus buatan itu. Saat itulah dinding perutnya merasakan sakit yang luar biasa. Ia bisa menangis menjerit-jerit kesakitan.

    Belum lagi plastik yang menempel untuk menampung feses yang penuh dan harus diganti dengan yang baru. Double tape yang sering kali dilepas dan dipasang, membuat kulit perutnya iritasi dan perih.

    Jika sudah tak bisa menahan sakitnya, Hilal akan berujar, “Udah Hilal paeh aja! (Hilal lebih baik mati saja!)” Kadang juga ia berteriak minta maaf kepada Allah dan minta disembuhkan sambil mengatupkan kedua tangannya. Kasihan anakku.

    Setiap hari, selama delapan bulan itu, ia hanya menghabiskan waktunya di tempat tidur. Hilal hanya mampu berjalan beberapa menit saja karena jika terlalu lama ia pasti langsung merasakan sakit di bagian kolostominya. Setiap malam, ia juga harus tertidur dengan paha diangkat menyentuh ke perutnya. Katanya, terasa enak dan membantu menahan rasa sakitnya.

    Kapok Makan Mi
    Agar ia tidak merasa bosan di kamar seharian, aku mengalihkan rasa sakitnya dengan mengajarinya membaca. Awalnya, sih, sekadar membacakan buku-buku cerita untuknya, tapi lama-kelamaan ia merasa tertarik untuk membaca. Aku dan Panda bergantian mengajarinya. Tidak terasa, saat ini ia sudah lancar membaca, lo.

    Memang, sebetulnya Hilal anak yang sangat pintar dan aktif. Sebelumnya ia tidak pernah sakit dan sangat penurut. Namun, sejak kelahiran adiknya dua bulan lalu, Ilham Haki, ia menjadi lebih manja padaku. Ia melarangku menggendong dan menyusui adiknya. Aku, sih, maklum saja karena dia masih sakit dan mungkin takut rasa sayangku direbut oleh adiknya.

    Sekarang Hilal sudah bisa berjalan lagi. Memang, sih, masih sedikit bongkok, tapi aku yakin dalam waktu dekat ia bisa berdiri dan berjalan dengan sempurna. Katanya, ia ingin segera sekolah.

    Yang membuatku lega, sejak sakit itu, Hilal trauma dengan mi instan. Bahkan melihatnya saja, dia seakan tak sudi. Beda dengan dulu, sekarang ia sangat senang mengonsumsi makanan sehat, seperti sayur, daging, buah, dan susu. Susu memang dianjurkan dokter untuk membantu memperbaiki kondisi dan kinerja ususnya.

    Mudah-mudahan ia bisa segera sembuh dari sakitnya dan menjadi anak yang pintar serta berprestasi di sekolahnya nanti.

    Delete this element to display blogger navbar